Aqidah- atau i'tiqod secara bahasa yaitu berasal dari kata al 'aqdu yang memiliki arti sekitar makna kokoh, kuat, dan erat. Dan secara istilah yang umum, kata akidah memiliki keyakinan yang kokoh terhadap sesuatu, tanpa keraguan. Berikutini adalah penjelasan lengkap tentang aqidah da beberapa paenjelasan mengenai manayang hapir sama
Arti dzat Allah. Foto Billion Photos/ShutterstockPada hakikatnya, Allah itu satu ahad, unik, qadim, dan wujud. Allah bukanlah substansi, bukan pula tubuh ataupun oksigen yang terbatas pada ruang. Allah pula yang menjadi tujuan bagi umat Islam untuk memohon pertolongan. Mengutip buku Pengantar Studi Aswaja An-Nahdliyyah susunan Dr. KH. Muchotob Hamzah 2017, Allah memiliki sifat-sifat yang agung seperti Maha Mengetahui, Maha Hidup, Maha Berkuasa, Maha Berkehendak, Maha Mendengar, dan Maha Melihat. Sifat-sifat Allah itu berbeda dari Huzail, seorang teolog Mu’tazilah, menjelaskan bahwa sifat Allah itu selaras dengan dzat dan esensi-Nya. Menurutnya, arti Allah Maha Mengetahui yaitu Allah tahu tanpa perantara pengetahuan dari siapa pun, karena sejatinya pengetahuan itu berasal dari dirinya Allah berbeda dengan dzat manusia yang merujuk pada tubuh dan raganya. Lantas, apa yang dimaksud dzat Allah? Untuk mengetahuinya, simaklah penjelasannya dalam artikel berikut Dzat Allah Menurut Pandangan UlamaIlustrasi berdzikir memuji dzat Allah. Foto Shutter StockJika dzat makhluk mengarah pada tubuh dan raga, dzat Allah tidak demikian. Sejatinya, Allah bukanlah makhluk ataupun benda. Maka, yang dimaksud dzat Allah adalah hakekat ulama terkemuka Indonesia, Syaikh al-Allamah al-Faqih Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi as-Syafii pernah menuliskan pembahasan tentang dzat Allah ini dalam berbagai karyanya yang beraliran menjelaskan bahwa Allah tidak menyerupai makhluk-Nya. Ini adalah wujud dari sifat “mukhalafatul lil hawadisi” yang artinya Allah berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya. Sesungguhnya Dia ada tanpa terbatas pada tempat dan kitab ats-Tsimar al-Yaniah, Syaikh al-Allamah menuliskan "Contohnya, mustahil adanya Allah pada suatu arah dari suatu benda, seperti berada di samping kanan benda tersebut, atau di samping kirinya, atau di atasnya, atau di bawahnya, atau di depannya, dan atau di belakangnya. Demikian pula mustahil Allah berada pada arah, seperti arah kanan, arah kiri, arah atas, arah bawah, arah belakang, atau arah depan. Demikian pula mustahil Allah terliputi oleh tempat, atau menyatu di dalam tempat tersebut, seperti keyakinan adanya Allah bertempat di atas arsy."Kemudian, dalam kitab karya beliau yang lainnya berjudul Nur azh- Zhalam, asy-Syaikh Nawawi al-Jawi menuliskan"Segala sesuatu yang terlintas di dalam benakmu dari segala sifat-sifar benda maka jangan sekali-kali engkau berkeyakinan bahwa Allah bersifat walaupun dalam satu segi dari sifat-sifat tersebut. Allah sama sekali tidak bertempat, maka Dia bukan berada di dalam alam dunia ini, juga buka berada di luarnya."Ilustrasi berdoa kepada Allah. Foto ShutterstockGolongan ahlussunah meyakini bahwa di akhirat nanti umat Muslim bisa melihat dzat Allah SWT. Keyakinan ini merupakan wujud iman kepada Allah, kitab-kitab-Nya, dan umat Muslim akan melihatnya dengan sangat jelas bagaikan melihat matahari yang bersih. Tidak ada sedikit pun awan yang akan hal ini, ahlussunnah berbeda pandangan dengan golongan Mu'tazilah. Sebab, golongan Mu’tazilah tidak setuju bahwa wujud Allah itu dapat menerima prinsip filsafat bahwa apa saja yang menempati ruang atau arah haruslah memiliki waktu. Sedangkan sejatinya Allah tidak terikat pada ruang dan yang dimaksud dengan dzat makhluk?Apa kepercayaan golongan mu'tazilah tentang Allah?Apa arti sifat mukhalafatul lil hawaditsi?
Mengenal20 Sifat Wajib Allah Lengkap dengan Arti Serta Dalilnya Kastolani · Senin, 08 Februari 2021 - 17:00:00 WIB Sifat wajib Allah yang pertama adalah wujud artinya Allah SWT merupakan Dzat yang pasti ada. BACA JUGA: Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. AL Hadid: 4). 2. Qidam
JAKARTA - Tentang hal ini dapat kita simak dialog antara Nabi Musa As dengan Fir’aun, Allah SWT berfirman “Fir’aun berkata Siapa Tuhan semesta alam itu? Musa menjawab Yaitu Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa di antara keduanya itulah Tuhanmu, jika kamu sekalian orang-orang yang mempercayai-Nya. Berkata Fir’aun kepada orang-orang sekelilingnya Apakah kamu tidak mendengarkan? Musa berkata pula Tuhan kamu dan Tuhan nenek-moyang kamu yang dahulu. Fir’aun berkata Sesungguhnya rasul yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila. Musa berkata Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya itulah Tuhanmu jika kamu menggunakan akal” QS. Asy-Syu’araa, 2623-28 Di dalam Al-Qur’an kita akan melihat bahwa wujud Allah yang diyakinkan kepada kita yang pertama melalui fitrah iman dan makhluk ciptaan-Nya “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih berganti malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati keringnya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sesungguhnya itu adalah tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang memikirkan” QS. Al Baqarah, 2164. Demikian pula, Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri?. Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini apa yang mereka katakan” QS. Ath Thuur, 5235-36. Lebih jelas lagi Allah SWT menjelaskan melalui dialog antara Nabi Musa As dengan Fir’aun. Allah SWT berfirman ”Berkata Fir’aun Maka siapakah Tuhanmu berdua, wahai Musa. Musa berkata Tuhan kami ialah Tuhan yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian Dia memberinya petunjuk” QS. Thaahaa, 2049-50. Inilah beberapa ayat dimana Allah SWT menuntut akal manusia untuk memikirkan penciptaan langit dan bumi dengan segala isinya yang sebenarnya bila akal setiap manusia mau berfikir, maka tidak akan ada yang bisa dilakukan oleh manusia kecuali harus menyatakan bahwa Allah adalah pencipta segalanya. Salah satu ayat yang layak kita renungkan dalam kehidupan ini untuk lebih mengenal wujud Allah di antaranya dalam firman-Nya “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” QS. Al Imran, 3 190-191. Kembali perlu digarisbawahi bahwa secara fitrah, setiap manusia meyakini keberadaan wujud Allah, dan di samping itu melalui firman-firman-Nya Allah mengajak manusia untuk berfikir tentang penciptaan-Nya. Allah yang kita yakini adalah Dia yang Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Esa dari segi Dzat, Sifat, dan juga dari segi aturan dan hukum. Esa dari segi Dzat di antaranya dijelaskan dalam firman-Nya “Katakanlah Dia-lah Allah, Yang Mahaesa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia” QS. Al Ikhlash, 1121-4. Kemudian dalam firman-Nya pula Allah SWT menegaskan “Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Mahaesa, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” QS. Al Baqarah, 2163. Lebih rinci lagi Allah SWT menunjukkan bukti-bukti kesalahan kepercayaan orang-orang musyrik, sebagaimana firman-Nya “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka, Mahasuci Allah yang mempunyai ’Arsy daripada apa yang mereka sifatkan” QS. Al Anbiyaa, 2122. Demikian pula Allah SWT menegaskan “Allah tiada mempunyai anak, dan tiada tuhan bersama-Nya, kalau sekiranya demikian niscaya tiap-tiap tuhan membawa makhluk yang diciptakannya dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebahagian yang lain. Mahasuci Allah dari yang mereka sifatkan itu” QS. Al Mu’minuun, 2391. Jadi, kita sangat meyakini bahwa yang mengendalikan alam ini hanya Dia, Dia Esa tidak ada yang mendampingi dalam mengendalikan alam semesta alam ini. Sebab kalau ada yang mendampingi maka alam semesta ini akan hancur, yang satu menghendaki bumi berputar, yang satu lagi menghendaki bumi tidak berputar, dan lain sebagainya. Dia juga Esa dalam Rubbubiyyah, sifatnya sebagai Rabb dalam hamdallah, sebagai pencipta, pemelihara, dan pendidik. Dia juga Esa dalam segi Uluhiyah, berarti Esa untuk diibadahi, artinya tidak dimungkinkan kita untuk beribadah kepada selain Allah, karena Dia-lah yang menentukan kehidupan kita iyyaaka na’budu wa iyyaka nasta’iin. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini Initentu bermasalah sebab berarti mengatakan ada dua hal yang qadîm, yakni Allah dan ruang tempat Allah. Dalil keempat, Firman Allah ﷻ: اللَّهُ الصَّمَدُ. "Allah yang Maha Dibutuhkan." (QS. Al-Ikhlas: 2) فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ. "Sesungguhnya Allah Maha-tak butuh
Allahadalah Dzat Yang Hidup, Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah. DALIL "Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati" (QS. Al Furqon :58) Sami'un Yaitu (Keadaan Allah Ta'ala Yang Mendengar). Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya. DALIL

C Pengertian Fitrah Dan Manusia . 1. Pengertian Fitrah dan mengakui adanya dzat Allah, yaitu mengakui keesaan Allah dan tunduk kepadaNya yang akan melahirkan kecenderungan manusia kepada

. 182 109 142 113 276 424 117 463

pengertian dzat allah dan dalilnya